MENGELOLA KEKESALAN PADA ANAK

Pada postingan sebelumnya saya uraikan dampak negatif membentak si anak. Lalu, Bagaimana me-manage kekesalan kita pada anak, supaya kita tak perlu ngomel (apalagi membentak atau memarahi)? Berikut ini tipsnya.

1. Berikan instruksi dengan jelas.

Sebagai contoh, Anda sudah capek berkali-kali menyuruh anak menaruh baju kotornya di tempat khusus, tapi mereka tetap saja menggeletakkan baju-baju itu di lantai. Nah, daripada ngomel, lebih baik kita teliti, jangan-jangan anak kita memang belum bisa membiasakan diri melakukan sesuatu atau tidak paham instruksi kita. Anak usia di bawah 7 tahun butuh bantuan ortu dalam pembiasaan sesuatu. Jadi, jangan beri instruksi saja, melainkan ajak anak bersama-sama mengambil bajunya dari lantai lalu menaruhnya di ember cucian. Jika anak sudah berusia belasan tahun, gunakan kata “saya”, bukan “kamu”, misalnya, “Mama lihat kamu masih meletakkan bajumu di lantai.” Jangan ngomel, “Kamu kenapa sih, kok naruh baju kotor di lantai melulu?!”. Hindari kata “melulu, selalu, terus-terusan, atau pasti” karena pelabelan semacam ini malah mendorong anak untuk terus melakukan kebiasaan buruknya.

2. Selalu introspeksi sumber kemarahan Anda.

Seringkali, kemarahan kita pada anak sesungguhnya bersumber dari problem yang ada dalam diri kita. Bila Anda capek pulang dari kantor atau capek seharian mempersiapkan makanan untuk arisan nanti sore, lalu Anda melihat anak Anda menumpahkan susu di karpet, sangat mungkin Anda segera meledak dan ngomel panjang lebar. Karena itu, saat ada insiden yang membuat Anda marah, tahan sebentar dan introspeksi diri. Tanyalah pada diri sendiri, apakah perilaku anak Anda memang patut ditegur atau bisa dibiarkan saja. Misalnya, saat Anda baru pulang (dan tadi di kantor sedang suntuk karena perilaku atasan), anak-anda Anda bertengkar dan salah satunya mengadu sambil menangis. Kalau Anda sedang tidak mood untuk menyelesaikan insiden yang terjadi, katakan pada anak Anda bahwa perasaan Anda sedang tidak enak dan Anda akan membicarakan masalah itu nanti. Kalau ada anggota keluarga yang bisa dimintai bantuan (misalnya suami), lebih baik serahkan urusan anak kepadanya sampai perasaan Anda membaik.

3. Identifikasi problem Anda.

Ngomel dan membentak tidak membuat problem Anda selesai. Anak remaja tidak tahu bahwa Anda sakit kepala saat mereka menghidupkan kaset keras-keras. Anak-anak butuh penjelasan dari orangtua apa yang dirasakan oleh orangtua supaya mereka memahami apa yang sedang terjadi. Jadi, daripada ngomel, “Hey, kecilin bunyi tape-nya! Mama pusing!” lebih baik jelaskan baik-baik bahwa Anda tidak tahan bunyi keras dan kepala Anda pusing bila mendengar bunyi keras. Anak kecil juga tidak paham mengapa Anda harus marah saat dia menumpahkan sesuatu di karpet. Karena itu, daripada ngomel, “Tuh kan , tumpah lagi! Mama kan sudah bilang, hati-hati!” lebih baik Anda mengajak anak Anda mengelap karpet dan jelaskan bahwa kita harus menjaga kebersihan karpet.

4. Penuhi kebutuhan dasar Anda dulu.

Jika Anda berusaha menyelesaikan masalah dengan anak saat Anda lelah atau lapar, berarti saat itu kebutuhan dasar Anda belum terpenuhi dan hal ini akan menambah rasa frustasi. Karena itu, bila situasinya memungkinkan, Anda sebaiknya makan atau istrirahat dulu, baru selesaikan masalah dengan anak Anda.

5. Berikan respon, bukan reaksi.

Membentak dan mengomel adalah tindakan reaktif dan kadang malah membuat anak menggunakan cara ‘mengganggu’ untuk mencari perhatian dari Anda. Bila ada perilaku anak yang menurut Anda tak pantas, daripada bersikap reaktif (ngomel/membentak), lebih baik bersikap responsif. Tataplah mata anak Anda dan ungkapkan maksud Anda dalam kalimat yang pendek. Contohnya, daripada ngomel, “Heh, Mama udah capek bilang sama kamu, naruh tas jangan di sini! Taruh di kamar sana !” pakailah kalimat pendek dan tegas (sambil menatap mata anak), “Nak, tolong taruh tasnya di kamar. Sekarang.”

Anak kita adalah masa depan kita, marilah kita didik dengan kata-kata yang bijak penuh cinta dan kasih saying, karena anak bagaikan cermin bagi kita, dia akan memantulkan apapun sesuai sumber benda yang dipantulkannya. Semoga Allah SWT memberi kita kekuatan dalam mendidik anak-anak kita menjadi anak yang sholeh dan sholehah. (sumber bunda.keluargamurdani.com)

Comments

Unknown said…
Astaghfirullah.. aku sering kali memarahi anak2 ku jika aku udah kecapean urus rumah. Baru dia juga bikin berantakan.aku sangat menyesal. Tolong share cara agar sel otak anak yg sering di Bentak kemBli jadi normal lagi ..

Popular posts from this blog

5W2H method - Sebelum melangkah ke solusi perbaikan

20 JENIS KOMPETENSI - SPENCER & SPENCER

MENGENAL ASSERTIVE SECARA SEDERHANA