Bisnis Efisien Strategy
Cukup menarik beberapa artikle yg saya baca di hari ini, di bulan mendekati ujung tahun berakhirnya 2017. Era akhir tahun umumnya perusahaan sibuk membuat perencanaan di tahun depan, menetapkan sasaran tahunan, program kerja/ inisiatif, anggaran yang diperlukan dan activity plan.
Tentunya semua pengusaha atau para profesional sudah tanggap bahwa peningkatan daya saing selain peningkatan mutu adalah juga menurunkan biaya untuk mendapatkan laba yang sesuai yang diharapkan, mengingat price atau harga ditetapkan oleh pelanggan. Kalo nggak untung ya jangan berbisnis ya Kan.
Saat rekanan menanyakan ke Bapak Sodono Salim (Liem Sio Liong) tentang bisnis yang efektif dan efisien itu seperti apa, dengan bahasa sederhana Om Liem memamaparkan:
“Maaf ya dik, saya ini hanya seorang praktisi. Saya tidak tahu harus menjawab apa terkait bisnis yang efektif dan efisien itu. Setahu saya, caranya adalah besarkan untung, tekan biaya atau pengeluaran, berpegang teguh pada nilai yang baik dan benar dalam mencapainya, serta berbagilah (sodaqoh) kepada orang lain. Itu saja. Maka kalau kita selama ini berbisnis tapi ternyata kita tidak untung, ya jangan berbisnis. Tapi ingat, itu harus dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Jika punya hutang, bayar. Jika mendapat investor, amanah. Jika kita meminjam sesuatu, kembalikan. Jangan coba-coba jadi penipu dalam bisnis. Sekali dua kali mungkin bisa, yang ketiga mencoba lagi sudah tidak ada orang yang percaya.”
Bisnis usaha yang
berjalan efisien memungkinkan kita untuk menganggarkan lebih banyak
sumber daya untuk pengembangan perusahaan dan peningkatan keuntungan.
Namun jika laba masih suram, genreal checkup pun perlu dilakukan menilai tingkat efisiensi proses bisnis, selain yang juga disarankan oleh Om Liem diatas.
Dalam bukunya Berny Gomulya tentang Lima prinsip rahasia eksekusi program kerja meraih bisnis sukses diterangkan bahwa yang pertama harus jelas diawal ialah mempunyai tujuan penting yang jelas, dikomunikasikan, dan juga meingkatkan kolaborasi semua pihak (karyawan).
Dan beberapa prinsip umum yang dapat juga kita terapkan dalam
bisnis dan situasi untuk meningkatkan efisiensi perusahaan kita, apapun
jenis industri yang kita jalankan ialah :
1. Hilangkan hambatan komunikasi dalam perusahaan
Perusahaan yang terstruktur dari atas
ke bawah dengan serangkaian divisi yang berjalan masing-masing atau
bahkan bersaing satu sama lain, tidak menciptakan wadah sehat untuk
berbagi informasi.
Buatlah sistem jaringan yang memungkinkan para
pekerja untuk menyimpan dan berbagi informasi. Doronglah budaya “open-door”
di mana para pekerja tidak takut untuk memberikan ide, saran, dan
tanggapan mereka kepada manajemen dan rekan kerja.
Komunikasi yang lebih
baik meningkatkan efisiensi perusahaan kita dengan memastikan bahwa
semua pihak memiliki akses terhadap informasi yang mereka butuhkan untuk
melakukan pekerjaannya dengan baik.
2. Go digital
Menjadi bisnis tanpa kertas tidak
hanya merupakan ukuran bahwa perusahaan anda cinta akan lingkungan / go green; karena juga masuk akal secara
finansial jika sistem proses kita digitalisasi, otomatis dan arus data informasi terintegrasi.
Cukup menyederhanakan perusahaan kita, meningkatkan kecepatan
saat kita berbagi informasi terkait pekerjaan dan mengurangi biaya yang tidak perlu. Misalnya hal sederhana, mintalah bank, penyedia dan klien kita untuk mengirim
pernyataan, faktur dan pesanan secara elektronik, dan batasi pencetakan
email dan dokumen sebanyak mungkin. Atau contoh disekitar kita pembelian barang tidak perlu harus ke toko, melainkan cukup via online.
3. Buat program manajemen yang kuat
Analisis penggunaan energi dan sumber
daya kita saat ini dan selidiki bagaimana kita dapat meningkatkan
kinerja energi perusahaan kita. Tetapkan tujuan untuk penggunaan energi
yang lebih efisien dan laksanakan rencana tersebut. Ukur kinerja kita,
kenali pencapaian kita dan evaluasi ulang program energi kita.
4. Identifikasi faktor kinerja dan produktivitas perusahaan
Misalnya, persediaan produksi dan
tingkat kepuasan pelanggan. Tetapkan target yang hendak dicapai di area
tersebut, dan tunjuk karyawan tertentu untuk bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan itu. Jangan lupa, ukur dan evaluasi hasilnya secara berkala.
Ingat hukum Pearson, “that which is measured improves.”
Sebagai contoh, sebuah produsen kursi menargetkan untuk menyimpan
1.000 unit kursi dan mempertahankan kepuasan pelanggan pada tingkat
tinggi. Untuk memastikan tujuan tersebut terpenuhi, stok pun dipantau
secara teratur dan kepuasan pelanggan diukur dengan survei pelanggan.
Sehingga manajemen menggunakan informasi yang dikumpulkan untuk memantau
dan mengukur kinerja.
5. Buat rencana penanganan kecelakaan dan bencana
Terlalu asyik berfokus pada
pencapaian target, jangan kesampingkan hal yang satu ini, agar tidak disebut gagal fokus. Perusahaan
yang efisien mempersiapkan diri menghadapi bencana untuk memastikan
mereka dapat bereaksi dengan baik saat terjadi hal-hal yang tak
diinginkan. Analisalah potensi risiko bagi perusahaan kita, lalu
minimalkan.
Kenali aset paling berharga
perusahaan kita; staf, database, atau mesin-mesin mahal, dan siapkan
rencana darurat untuk melindungi aset tersebut dari risiko yang tidak
dapat terhindari, seperti bencana alam.
6. Kenali Pemborosan di rantai proses
Pemborosan-pemborosan itu antara lain:
- Pemborosan di Process. Misal: rework, waiting, not utilized people, motion, excessive process.
- Pemborosan di Place (infrastruktur). Misal: Transportation: layout yang tidak sesuai alur proses, gedung yang terpisah-pisah, asset yang tidak terutilisasi ke return (banyak ruang kosong, dll)
- Pemborosan di Policy (kebijakan). Misal: inventory, overproduksi.
- Pemborosan di Product. Misal: Defect, atau ada elemen atau part produk yang tidak bermanfaat bagi pelanggan maupun branding perusahaan. Misal: plastic belanja di retail yang super warna-warni.
- Pemborosan di Struktur organisasi: ada bagian-bagian yang tidak mendukung proses bisnis. Misal jabatan yang diada-adakan, atau struktur yang malah menghambat alur proses, atau struktur pekerjaan yang overlap satu bagian dengan bagian lain (redundan).
- Pemborosan di Promotion. Misal: aktivitas sales marketing yang tidak menambah edukasi yang konsisten pada calon prospek, atau conversion rate yang rendah
Referensi bacaan : Majalah shift Indonesia
Comments