BIG BOS FAREWELL
Salah satu Big Bos, mantan komisaris saya, hari ini mengucapkan "farewell" tuk berpisah setelah lebih dari dua puluh tahun berkiprah.
Saya tidak kenal dekat sama beliau, hanya pengamat sikap dan pemahaman beliau tentang kepemimpinan dan management bisnis. Paling sering chating di Facebook dan email aja :))
Pesannya sangat membanggakan dan luarbiasa, mari kita baca ya cuplikan sebuah farewell letter beliau:
Throughout those years, it had proven a lot of KEY lessons to me and some of them are :
Dalam beberapa buku yang saya baca, tim itu sederhanya seperti keluarga yang punya integritas pada misi yang sama. Keluarga maling, keluarga penipu, keluarga ulama, keluarga departemen, apapun itu baik tujuan mulia atau tujuan buruk sebuah organisasi maka sebuah tim yang solid saling memahami tugasnya dan tugas rekan tim yang lainnya. Intinya ya banyak tertera di butir-butir Pancasila kita yang sering terlupakan, dan naifnya banyak pembicara kepemimpinan memakai teori dari buku-buku asing.
Beliau juga menekankan pentingnya keterbukaan kebebasan mengeluarkan ide tanpa rasa takut, dibuka nya kran-kran ide-ide pemikiran tanpa ada filter yang bisa menghambat dan menuai keengganan apara anggota organisasi. Drive out fear, Bos saya ini pastinya memhami konsep dari Bapak mutu Prof. Deming yang empunya "14 deming points." Beliau juga pingin agar kita punta the right timely decission yang maksudnya lebih untuk menekankan pengambilan keputusan secara konsensus didukung kepemimpinan partisipatif.
Pentingnya rasa hormat menghormati, tanggap pada situasi yang ada dan mengupayakan menang-menang, bukan menang kalah. Sebuah bisnis harus berpikir semuanya menang, tidak ada pihak yang rugi atau kalah. karena toh payung besarnya ialah visi organisasi, kepentingan holistik.
selamat jalan Bos. Sukses selalu.
Saya tidak kenal dekat sama beliau, hanya pengamat sikap dan pemahaman beliau tentang kepemimpinan dan management bisnis. Paling sering chating di Facebook dan email aja :))
Pesannya sangat membanggakan dan luarbiasa, mari kita baca ya cuplikan sebuah farewell letter beliau:
Throughout those years, it had proven a lot of KEY lessons to me and some of them are :
- Adapt to change. "Situational Leadership" is required.
- Nothing is impossible with a good team work. We need a "Super-Team" not "Super-Man"
- We must encourage ourselves to make timely decision without fear and favor. May be it is not the best decision but definitely it is the right "timely" decision.
- "Respect" and "Win" the heart of your team to get best result. "Management by fear" is no longer effective.
Dalam beberapa buku yang saya baca, tim itu sederhanya seperti keluarga yang punya integritas pada misi yang sama. Keluarga maling, keluarga penipu, keluarga ulama, keluarga departemen, apapun itu baik tujuan mulia atau tujuan buruk sebuah organisasi maka sebuah tim yang solid saling memahami tugasnya dan tugas rekan tim yang lainnya. Intinya ya banyak tertera di butir-butir Pancasila kita yang sering terlupakan, dan naifnya banyak pembicara kepemimpinan memakai teori dari buku-buku asing.
Beliau juga menekankan pentingnya keterbukaan kebebasan mengeluarkan ide tanpa rasa takut, dibuka nya kran-kran ide-ide pemikiran tanpa ada filter yang bisa menghambat dan menuai keengganan apara anggota organisasi. Drive out fear, Bos saya ini pastinya memhami konsep dari Bapak mutu Prof. Deming yang empunya "14 deming points." Beliau juga pingin agar kita punta the right timely decission yang maksudnya lebih untuk menekankan pengambilan keputusan secara konsensus didukung kepemimpinan partisipatif.
Pentingnya rasa hormat menghormati, tanggap pada situasi yang ada dan mengupayakan menang-menang, bukan menang kalah. Sebuah bisnis harus berpikir semuanya menang, tidak ada pihak yang rugi atau kalah. karena toh payung besarnya ialah visi organisasi, kepentingan holistik.
selamat jalan Bos. Sukses selalu.
Comments