Strategy Pelatihan karyawan dengan konsep 70-20-10
Perjalanan penulis dalam merubah iklim budaya dan system di perusahaan, menghantarkan pada satu ilmu pengembangan bertema 70-20-10. Mengingat bisnis sangat dipengaruhi
pada kemampuan para pelaksananya yaitu para karyawan mulai ditingkat
manajerial hingga di tingkat pelaksana teknis. Berbagai metode pelatihan
diselenggarakan baik melalui pelatihan di kelas, seminar dan pengarahan
hingga pelatihan praktek langsung dilapangan.
Tujuannya adalah membuat
bisnis excellence. Namun terkadang treatment pembenahan dan pengembangan
karyawan yang kita selenggarakan tidak mampu menge-drive kinerja bisnis
akibat berbagai internal dan eksternal faktor yang kompleks dan uncontrollable. Ukuran dari kemampuan
karyawan dalam kacamata bisnis ialah adanya result, tanpa result maka
laporan peningkatan pengetahuan, skill dan perilaku hanyalah sebagai
koran harian, dibaca sesaat lalu menjadi onggokan kertas terabaikan (nice on paper). Maka diperlukan metode pengembangan terstruktur dan sistematis yaitu sistematika 702010. Namun terkadang, erilaku sudah baik, namun hasil tidak tercapai; inilah yang butuh empathy seorang leader dan aktifitas coachingnya.
Kompetensi/ kemampuan seseorang ialah tercapainya hasil jangka pendek
yang memacu hasil jangka panjang dari ketersediaan pengetahuaan, skil
keterampilan dan perilaku positif yang efektif mendorong terciptanya
hasil. Mengacu pada teori ilmu
SixSigma dalam process management ialah bahwa hasil dari suatu proses yang baik, hasil dari suatu prilaku yang baik. Tantangannya perilaku apa saja yang dapat mendorong tercapainya hasil?
Y= f(X1, X2, Xn)
Proses yang tepat tidaklah akan menghianati hasil!
Kecerdasan kita terletak dalam menganalisa kompetensi X1, X2, dst
yang mampu mendorong tercapainya hasil. Namun adalah tidak mudah, mengingat perlu ketajaman fasilitator pengembangan dan juga kerjasama dari semua pihak yang paham akan suatu kompetensi untuk mencapai hasil.
Pelatihan adalah salah
satu treatment yang bisa dilakukan untuk reaktif terhadap masalah yang
muncul di masa lalu, dan juga untuk proaktif mengenali dan mencegah
masalah yang berpotensi terjadi pada masa mendatang. Seorang pegawai
admin saat ini kemampuan bahasa inggris dirasa kurang nsehingga butuh
pelatihan. Ini adalah reaktif. Dan ada seorang administrasi sudah
mumpuni dalam berbahasa inggris, namun 3-5 tahun mendatang bahasa
mandarin akan dibutuhkan sejalan pengembangan bisnis perusahaan. Maka
dibuatlah program pelatihan bahasa mandarin, dan komitment perusahaan
untuk mengelola para karyawan internal. Namun lagi-lagi dalam hal
proaktif juga tergantung dengan strategi jangka panjang perusahaan
khususnya dalam human capital management.
Sitematika 70.20.10
Dalam melakukan pengembangan
karyawan, pelatihan di kelas hanya sekitar 10 % dari kinerja
bisnis, 20% dari faktor coaching dari atasan langsung, dan 70% dari
praktek bekerja mengimplementasikan teori yang didapatkan di kelas
didampingi oleh atasan langsung sebagai coach.
Kita yakin, teori tanpa praktek adalah
sia-sia bagi bisnis. Dalam hal waktu dan sumberdaya yang dibutuhkan juga
akan mengacu pada porsi prosentase ini termasuk peran training manager
dalam memastikan proses holistik berjalan. Ilustrasi sederhana adalah
sebagai berikut:
Pak Amir adalah seorang teknisi mesin genset
ingin dikembangkan kemampuannya dalam teknisi mesin pendingin. Dia
mengikuti pelatihan mesin pendingin selama 10 jam dalam 2 hari. Selepas
training maka sang atasan akan memberi contoh praktek bagaimana
mereparasi mesin pendingin, bisa juga didampingi pihak eksternal yang
lebih paham akan mesin pendingin sebagai nara sumber (subject Matter
Expert).
Praktek ditunjukkan, kemudian pak Amir mencontoh praktek yang
telah dilakukan oleh atasan/ pihak eksternal selanjutnya Pak Amir diberi
tugas untuk bertanggung jawab dalam perbaikan mesin-mesin pendingin.
Atasan menetapkan target mingguan ataupun bulana kepada pak Amir agar
kualitas hasil pelatihan mampu termonitor perkembangannya waktu demi
waktu. Setiap minggu atasan mereview dan mencoaching pak Amir terhadap
pencapaian target tugas yang telah dilakukan, berdiskusi untuk
meningkatkan kinerja perbaikan mesin. Coaching adalah diskusi dua arah
dengan suasana kerja yang memotivasi bukan menghakimi, adanya bukti
kaliber leadership quality seorang pemimpin.
Sebuah rumus dari
70 x 20 x 10 = 14.000 menginspirasi kita akan perkalian ini. Jika
praktek dan penugasannya (implementasinya) nilainya 30 sedangkan coaching atasan cuma 10 dan
pelatihan dalam kelasnya sendiri hanya 5 point maka total point yang didapatkan adalah 30x10x5 =
1500 point saja.
Praktek dan penugasan tanpa coaching dan tanpa ilmu teori yang cukup
maka kinerja bisnispun akan tidak menggembirakan, pada dampak short term
apalagi long term akan terseok seok.
Penugasan tinggi, coaching rendah, namun pelatihan tinggi maka akan
menciptakan para spesilalis-spesialis pekerjaan namun sulit untuk
dikembangkan/ dipromosikan. Para warga ini disebut "Solid Citizen".
Penugasan super duper tinggi, coaching pas pasan dan juga training ala
kadarnya maka tingkat permasalahan mutu pekerjaan akan tinggi demikian
juga suasana lingkungan kerja tidak akan kondusif untuk menggapai bisnis
yang long term.
Faktor utama keberhasilan pengembangan karyawan jika menganut pada
mindset 70.20.10 ialah ketersediaan atasan yang sanggup menjadi seorang
coach dan peran human capital management baik yang membidangi training
maupun talent management setelah adanya komitment kuat dari pemilik
usaha.
Sumber bacaan: trainingwithinindustry
Comments